Bermodal tekad dan konsistensi harian, Zafran Ifratul Akbar, santri Sekolah Al-Qur’an Wahdah Islamiyah Cibinong (SQ Wahdah), berhasil menorehkan capaian luar biasa: membaca 275 halaman terjemahan Al-Qur’an dan menulis 275 catatan inspirasi tadabbur dalam kurun waktu 38 pekan. Capaian ini menjadi salah satu wujud keberhasilan program literasi Qur’ani “One Day One Page” yang diterapkan di lingkungan pesantren.
Program ini dirancang untuk menanamkan kebiasaan membaca dan merenungkan isi Al-Qur’an secara harian. Setiap santri ditantang membaca satu halaman terjemahan dan menuliskan satu tadabbur atau refleksi singkat setiap hari.
“Awalnya saya tidak tertarik. Tapi setelah menjalani beberapa pekan dan merasakan manfaatnya, saya mulai tertarik dan terus melanjutkan,” ujar Zafran .
“Kemampuan memahami teks meningkat, dan saya merasa lebih tenang secara batin. Seperti ada sesuatu yang terpenuhi dalam jiwa saya.”
Memanfaatkan Waktu, Bukan Menunggu Luang
Bagi Zafran, kunci keberhasilan bukan pada jumlah waktu yang tersedia, melainkan bagaimana ia meluangkan waktu di tengah kesibukan sebagai santri. Ia mengatur waktu dengan cara sederhana—menyisipkan aktivitas membaca dan menulis di sela jadwal harian.
“Saya lihat jadwal harian, cari waktu kosong, dan manfaatkan untuk membaca serta menulis. Kalau ada kegiatan tambahan, saya alihkan ke waktu lain, misalnya saat marapel,” jelasnya.
Salah satu tantangan yang sering muncul adalah rasa malas dan gangguan jadwal. Namun, Zafran berkomitmen untuk tidak membiarkan satu hari pun terlewatkan tanpa catatan tadabbur, meskipun harus menulis di waktu yang tidak ideal.
Dari Hafalan ke Pemahaman
Program One Day One Page dijalankan dengan pola sederhana namun konsisten: setiap hari, satu halaman terjemahan Al-Qur’an dibaca dan satu catatan inspirasi tadabbur ditulis. Tak perlu panjang, cukup satu poin makna yang menyentuh hati atau membangkitkan pemikiran.
Secara mingguan, tulisan itu kemudian dibawa ke Majlis Tadabbur untuk didiskusikan bersama. Santri diminta memilih satu inspirasi paling berkesan. Dari situ, proses pendalaman dilakukan: pemaknaan ulang, framing oleh ustadz, hingga refleksi personal.
“Terkadang saya tanya langsung, ‘Apa makna kalimat ini bagi Anda?’ Dari pertanyaan sederhana itu, refleksi mereka bisa sangat dalam,” ujar Ustadz Syamsuddin, Kepala Program Kepesantrenan SQ Wahdah.
Bagi beliau, tadabbur adalah salah satu tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an. Maka, penggabungan dengan literasi adalah langkah alami. Sebab sebelum santri membaca buku-buku lainnya, mereka harus membiasakan diri membaca dan memahami Al-Qur’an—sebagai sumber ilmu utama.
Tadabbur yang Mengubah Pola Pikir
Dari ratusan catatan tadabbur yang telah ia tulis, satu ayat memberikan kesan paling mendalam:
“Allah melihat dan mengetahui segala sesuatu, sekecil apapun itu.”
“Ayat itu membuat saya sadar bahwa saya bisa sembunyikan sesuatu dari orang lain, tapi tidak dari Allah. Tadabbur ini membuat saya lebih hati-hati dan merasa selalu diawasi,” ungkap Zafran.
Lebih jauh, ia menyampaikan bahwa program ini mengubah cara pandangnya terhadap Al-Qur’an.
“Dulu saya hanya menganggap Al-Qur’an sebagai kitab suci. Sekarang saya melihatnya sebagai pelindung dan panduan hidup. Ayat-ayatnya bisa saya hubungkan dengan kehidupan saya sendiri.”
Membangun Kebiasaan Baik Lewat Literasi Qur’ani
Program ini menjadi bagian dari strategi SQ Wahdah dalam menyeimbangkan hafalan (tahfizh) dengan pemahaman (tafhim). Dalam pelaksanaannya, santri tidak hanya menghafal, tetapi juga diarahkan untuk menangkap makna, merefleksi, dan menuliskan hikmah dari ayat-ayat yang mereka baca.
“Target kita bukan sekadar hafal, tapi juga paham,” jelas Ustadz Syamsuddin.
“Program ini juga melatih santri membangun kebiasaan positif: membaca, menulis, dan berpikir reflektif.” imbuhnya.
Selain aktivitas harian, Majlis Tadabbur menjadi ruang refleksi mingguan yang menguatkan proses ini. Di majlis ini, santri menyampaikan tadabbur pilihan mereka, yang kemudian dikaji dan diperdalam bersama ustadz pembimbing.
Menjadi Inspirasi untuk Santri Lain
Menutup wawancara, Zafran menyampaikan harapannya agar program ini terus berlanjut dan diikuti oleh lebih banyak santri.
“Program ini jangan sampai berhenti. Harus terus berjalan sampai selesai, dan semoga makin banyak santri yang ikut dengan semangat,” ujarnya penuh semangat.
Dengan capaian ini, Zafran telah menunjukkan bahwa kedekatan dengan Al-Qur’an bisa dimulai dari langkah kecil yang dilakukan secara konsisten. Melalui satu halaman, satu hari, satu tadabbur, setiap santri dapat menjadikan Al-Qur’an lebih dekat, lebih hidup, dan lebih membimbing langkah mereka.
Komentar