Artikel Berita Tahfizh
Beranda / Tahfizh / Rafly Arlian, Alumni Hafiz 30 Juz yang Menginspirasi, dari Pondok ke Kampus dan Dunia Dakwah

Rafly Arlian, Alumni Hafiz 30 Juz yang Menginspirasi, dari Pondok ke Kampus dan Dunia Dakwah


Bogor — Ketekunan dan semangat Rafly Arlian menjadi bukti bahwa menghafal Al-Qur’an bukanlah akhir dari sebuah perjalanan, tetapi awal dari perjuangan panjang untuk menjadi pribadi Qur’ani di tengah dinamika kehidupan modern. Alumni Pondok Pesantren Tahfidz dan SMA Al-Qur’an Wahdah Islamiyah Cibinong ini berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Qur’an saat duduk di bangku kelas 12. Kini, ia telah menyelesaikan studi S1 di Universitas Negeri Malang (UM), jurusan Ekonomi Pembangunan konsentrasi Ekonomi Syariah, dan tengah bersiap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.


“Alhamdulillah, saya diberi karunia luar biasa oleh Allah, yakni menyelesaikan hafalan 30 juz saat di pondok. Itu fase penting dalam hidup saya,” ujar Rafly saat menyelesaikan setoran terakhirnya pada Senin, 15 Februari 2021.

Awal Perjalanan: Membawa Bekal 5 Juz dari Subang

Rafly bukan memulai dari nol. Saat pertama kali bergabung di SQ Wahdah Islamiyah Cibinong, ia sudah memiliki bekal hafalan 5 juz dari sekolah sebelumnya, Pesantren Assyifa Subang. Di Wahdah, ia mendapatkan pembinaan yang lebih intens dan sistematis.

“Di sinilah hafalan saya disempurnakan. Lingkungan yang mendukung, bimbingan ustaz yang sabar, dan sistem pembinaan yang disiplin sangat membantu menjaga konsistensi hafalan,” kata pemuda asal Malang ini.

Dari Hafalan ke Organisasi dan Kepemimpinan

Tak hanya unggul dalam tahfidz, Rafly juga aktif dalam organisasi santri. Ia dipercaya memegang amanah di OSWI (Organisasi Santri Wahdah Islamiyah), pengalaman yang menjadi bekal berharga saat terjun ke organisasi kampus.

7 Alasan Kuat Pentingnya Orang Tua Mengawal Anak dalam Bermain Permainan dan Menonton YouTube dan Media Sosial Lainnya

“Saya sangat bersyukur atas kepercayaan Ustadz Syam dan para asatidz yang mendorong saya aktif di organisasi. Pengalaman itu membantu saya dalam public speaking, kepemimpinan, hingga kemampuan menulis—yang sangat berguna ketika harus membuat jurnal dan skripsi di perkuliahan.”

Menjaga Hafalan di Tengah Dunia Kampus

Berbeda dengan lingkungan pesantren yang kondusif, dunia kampus umum tentu memiliki tantangan tersendiri dalam menjaga hafalan. Namun, nilai-nilai yang ditanamkan selama tiga tahun di pondok membuat Rafly tetap istiqamah.

“Di pondok kami dilatih untuk menghargai waktu dan komitmen. Itu sangat membantu saat kuliah, apalagi saat mencari waktu dan tempat untuk muraja’ah di tengah kesibukan kampus umum.”

Meski tak lagi berada di lingkungan tahfidz, Rafly tetap menjaga semangat Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-harinya. Ia aktif berdakwah di lingkungan domisili barunya di Kota Malang, serta mengelola usaha di bidang kuliner (F&B) sebagai bagian dari pengabdian dan kemandirian.

Menjaga Nilai Pondok di Tengah Perubahan

Bagi Rafly, salah satu pelajaran terpenting dari pondok adalah nilai istiqamah—menyelesaikan apa yang telah dimulai dan menghargai proses. Prinsip ini ia pegang teguh, terutama ketika harus menghadapi dunia yang serba bebas dan cepat berubah.

Pengenalan Ekstrakurikuler di SMP dan SMA Al-Qur’an Wahdah Islamiyah Cibinong: Wahdah Wadah Bakat dan Prestasi


“Kami belajar bahwa keistiqamahan bukan sekadar bertahan, tapi terus bergerak maju walau perlahan. Pelajaran ini sangat terasa ketika berada di luar lingkungan pesantren, terutama saat muraja’ah di kampus yang tidak mudah.”

Rafly juga mengungkapkan kesan mendalam kepada para ustaznya, khususnya Ust. Syamsuddin yang menurutnya punya peran penting dalam mengasah kemampuan menulisnya semasa di pondok.

“Tempaan Ustadz Syam agar kami terus menulis ternyata sangat bermanfaat. Di kampus, saya sering diminta membuat jurnal dan tugas akhir. Ternyata apa yang saya anggap beban saat di pondok, kini menjadi bekal yang sangat berarti.” ungkapnya.

Pesan untuk Generasi Muda: Jangan Takut Bermimpi Besar

Kini, sebagai alumni yang telah menjelajah dua dunia—ilmu syar’i dan akademik—Rafly mengajak para santri dan generasi muda untuk tidak takut bermimpi besar.


“Hafal Al-Qur’an bukan akhir, tapi awal dari perjalanan hidup. Kalau niat kita karena Allah, maka insyaAllah jalan akan terbuka. Jangan ragu untuk bermimpi tinggi dan terus semangat menjaga hafalan,” pesannya.

Majlis Tadabbur Al-Qur’an (MataQu) “One Day, One Page” : Menanamkan Cinta Membaca pada Generasi Qur’ani


Kisah Rafly adalah pengingat bahwa jalan seorang hafidz tidak berhenti di podium wisuda tahfidz, tetapi terus berlanjut ke ruang-ruang perkuliahan, masjid, organisasi, dan ruang publik lainnya. Di manapun berada, cahaya Al-Qur’an akan terus menyala melalui orang-orang yang menjaganya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan