Artikel Inspirasi
Beranda / Inspirasi / Taqwa dan Perbaikan Diri: Langkah Serius Menujua Pribadi yang Lebih Baik

Taqwa dan Perbaikan Diri: Langkah Serius Menujua Pribadi yang Lebih Baik

Taqwa dan Perbaikan Diri: Langkah Kecil Menuju Pribadi yang Lebih Baik
Salah satu ciri utama orang yang bertakwa adalah semangatnya dalam terus memperbaiki diri. Ia sadar bahwa hidup adalah perjalanan panjang yang penuh ujian, dan setiap langkah harus diiringi dengan kesadaran untuk selalu lebih baik dari sebelumnya.

Orang bertakwa bukanlah mereka yang tidak pernah berbuat salah, tetapi mereka yang berusaha keras menghindari dosa dan maksiat, dan segera bangkit ketika terjatuh. Sikap mereka terhadap dosa seperti seseorang yang melintasi jalan licin dan penuh duri—berjalan hati-hati, penuh perhitungan, agar tidak tergelincir atau menyakiti diri sendiri.Namun, manusia tetaplah makhluk yang tak luput dari khilaf. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap anak Adam pasti pernah berbuat salah. Namun sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat.” (HR. Tirmidzi).


Inilah letak kemuliaan orang-orang bertakwa. Mereka tak menunda-nunda untuk kembali kepada Allah ketika menyadari kesalahan. Mereka sadar bahwa hanya Allah yang dapat mengampuni dosa. Dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 133–135, Allah menyebutkan:


“…dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka segera mengingat Allah, lalu memohon ampun atas dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Mereka tidak meneruskan perbuatannya, padahal mereka mengetahui.”
(QS. Ali Imran: 135)

7 Alasan Kuat Pentingnya Orang Tua Mengawal Anak dalam Bermain Permainan dan Menonton YouTube dan Media Sosial Lainnya


Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa orang bertakwa adalah mereka yang, bila berbuat dosa, langsung menyusulinya dengan taubat dan istighfar. Syekh As-Sa’di menambahkan bahwa mereka mengingat ancaman Allah terhadap pelaku maksiat dan janji-Nya kepada orang bertakwa, sehingga mereka segera berhenti dari dosanya dan memohon ampun dengan sepenuh hati.


Menjadi Lebih Baik, Hari demi Hari
Menjadi pribadi yang bertakwa bukan berarti menjadi sosok sempurna yang tak pernah salah, melainkan menjadi pribadi yang terus berusaha memperbaiki diri, memperbanyak istighfar, dan menyesali kesalahan. Rasulullah ﷺ memberikan petunjuk indah:


Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)


Hadis ini menunjukkan bahwa kebaikan bisa menghapus dosa. Dan di antara kebaikan yang paling utama adalah taubat dan istighfar. Allah pun berfirman dalam QS. Hud ayat 114:
“Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapuskan keburukan.
Para ulama seperti Imam An-Nawawi, Syekh Al-‘Utsaimin, dan Syekh Abdul Muhsin Al-‘Abbad juga menegaskan bahwa taubat yang sungguh-sungguh adalah kebaikan yang bisa menghapus dosa sebelumnya.

Sebagai bagian dari komunitas sekolah yang terus tumbuh, mari kita jadikan semangat perbaikan diri sebagai budaya bersama. Jangan pernah malu mengakui kesalahan. Yang terpenting adalah keberanian untuk berubah dan memperbaikinya.
Mari kita biasakan:
• Memperbanyak istighfar setiap hari.
• Memohon ampun ketika melakukan kesalahan.
• Menjaga niat untuk tidak mengulanginya kembali.
• Mengiringi kesalahan dengan amal baik, sekecil apa pun.
Rasulullah ﷺ sendiri, meskipun sudah dijamin ampunan, tetap senantiasa beristighfar. Dalam sehari, beliau beristighfar lebih dari 70 hingga 100 kali. Maka sudah selayaknya kita meneladani beliau.
Penutup: Taubat yang Tulus
Taubat yang diterima Allah adalah taubat nasuha, yaitu taubat yang:

Pengenalan Ekstrakurikuler di SMP dan SMA Al-Qur’an Wahdah Islamiyah Cibinong: Wahdah Wadah Bakat dan Prestasi

  1. Dilakukan dengan penyesalan yang sungguh-sungguh,
  2. Disertai dengan meninggalkan dosa tersebut,
  3. Dibarengi niat kuat untuk tidak mengulanginya kembali.
    Kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Maka jangan tunda untuk memperbaiki diri. Bisa jadi, taubat terakhir yang kita lakukan adalah saat di mana Allah mencabut nyawa kita dalam keadaan terbaik.
    Semoga Allah menjadikan kita semua, segenap warga sekolah—siswa, guru, dan orang tua—sebagai pribadi-pribadi bertakwa yang terus memperbaiki diri dan senantiasa dalam lindungan-Nya. Aamiin.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan